RSS

CONTOH MASALAH FAKTOR SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING


NAMA       : ESTRI AYU ADININGSIH
NIM            : 5151211024
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL BUDAYA YANG MENIMBULKAN KEBUTUHAN AKAN BIMBINGAN
1.      Perubahan Konstelasi Keluarga
Contoh permasalahan :
Ketika orang tua sibuk bekerja dan anak tidak pernah di perhatikan dan anak juga tidak pernah dikontrol proses belajarnya. Sehingga anak harus menanggung akibat dari perbuatan orang tuanya. Dan nantinya anak akan bertindak yang bukan-bukan. Seperti salah pergaulan dan yang lainnya.

2.      Perkembangan Pendidikan
Contoh permasalahan :
Ketika murid/siswa tidak bisa memahami suatu pelajaran. Sehingga ia harus mendalami mata pelajaran itu dengan tekun.

3.      Dunia Kerja
Contoh permasalahan :
Ketika perusahaan banyak membutuhkan tenaga kerja yang latar pendidikannya strata 1 atau sarjana. Jadi banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga profesional, sehingga banyak terjadi pengangguran.

4.      Perkembangan Kota Metropolitan
Contoh permasalahan :
Ketika banyak para masyarakat yang melakukan urbanisasi untuk mengadu nasib, namun malah menambah angka kemiskinan di negara kita. Sehingga pengangguran pun bertambah.

5.      Perkembangan Komunikasi
Contoh permasalahan :
Ketika jaman sekarang banyak tontonan di siang hari yang kurang mendidik untuk anak-anak, sehingga perkembangan anak bisa terganggu.



6.      Seksisme dan Rasisme
Contoh permasalahan Seksisme :
Ketika orang tua lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya. Karena ada suatu pandangan bahwa anak laki-laki lebih hebat daripada anak perempuan.
Contoh permasalahan Rasisme :
Ketika pemilihan ketua kelas lebih memihak kepada orang jawa dari pada orang timur, orang papua misalnya. Karena orang papua itu identik dengan hal kekerasan.

7.      Kesehatan mental 
Contoh permasalahan :
Ketika anak muda kondisi mentalnya terganggu dan salah pergaulan sehingga ia bisa terjerumus dengan pergaulan bebas dan narkotika.

8.      Perkembangan Teknologi
Contoh permasalahan :
Penggunaan gadget yang berlebihan sehingga proses belajarnya terganggu.

9.      Kondisi Moral Dan Keagamaan
Contoh Permasalahan :
Ketika anak tidak berperilaku sesuai agama yang dianut. Semaunya sendiri
 Kondisi sosial ekonomi
Contoh permasalahan :
Ketika dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi kesenjangan ekonomi antara kelas atas dan kelas bawah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Analisis perubahan BP menjadi BK, Posisi BK dalam pendidikan, dan Pengaruh pelayanan BK terhadap peserta didik



NAMA            : ESTRI AYU ADININGSIH
NIM/PRODI   : 5151211024/BIMBINGAN DAN KONSELING

Analisis tentang perubahan istilah BP (Bimbingan & Penyuluhan) menjadi BK (Bimbingan & Konseling), posisi BK dalam pendidikan formal, dan pengaruh pemberian pelayanan BK terhadap peserta didik.


  1. Perubahan istilah BP (Bimbingan & Penyuluhan) menjadi BK (Bimbingan & Konseling)


Sebagai mahasiswa yang mengambil prodi Bimbingan dan konseling yang nantinya akan berkecimpung di dunia psikologi pendidikan alangkah baiknya kita mengetahui seluk beluk atau sejarah berdirinya Bimbingan dan Konseling. Termasuk alasan mengapa istilah BP (Bimbingan & Penyuluhan) diganti dengan istilah BK (Bimbingan dan Konseling).
,           Bimbingan dan Penyuluhan adalah proses pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh konselor kepada kliennya baik secara individu yang sedang mengalami suatu masalah dalam rangka untuk membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada teratasi masalah yang dihadapi oleh klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan lingkungan hidupnya.
            Sedangkan Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
            Pemikiran tentang didirikannya bimbingan dan penyuluhan di sekolah sudah direncanakan pada tahun 1960 yang merupakan hasil konferensi FKIP di Malang yang kemudian menjadi IKIP Malang pada tanggal 20-24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
            Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado.
            Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
            Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
            Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Namun pelaksanaan pelayanan BP di sekolah masih belum mencapai tujuan yang diharapkan pada awal misi dibentuknya pelayanan tersebut. Hingga pada tahun 1993 pelaksanaan pelayanan ini juga masih belum jelas. Dan muncul juga anggapan bahwa pelayanan BP hanya diperuntukkan untuk siswa yang bermasalah saja, dan juga ada anggapan bahwa guru BP adalah polisi sekolah karena guru BP hanya menangani anak-anak yang bermasalah di sekolah.
            Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Dengan adanya SK ini posisi pelayanan Bimbingan & konseling menjadi lebih jelas. Jadi pembimbing pelayanan BK harus dari lulusan bimbingan dan konseling tidak bisa sembarang orang dapat menjadi pembimbing pelayanan ini. Tidak seperti ketika tahun 1960an siapa saja bisa menjadi guru BP ada guru matematika merangkap menjadi guru BP hingga guru BP merangkap menjadi pustakawan sehingga posisi pelayanan BP juga tidak jelas sebelum dikeluarkan Sknya. Posisinya tidak jelas karena belum adanya landasan hukum, belum ada semangat luar biasa untuk melaksanakannya, belum ada aturan main yang jelas, hingga di cetuskan SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Sehingga program pelayanan bimbingan dan konseling menjadi jelas sesuai dengan pengertiannya, fungsi, tujuan, prinsip dan asas bimbingan dan konseling.

2.       2. Posisi BK (Bimbingan dan Konseling) dalam pendidikan formal
Pendidikan adalah aset yang tak ternilai bagi setiap individu ataupun masyarakat, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting di kehidupan ini. Siswa merupakan salah satu komponen utama dalam proses pendidikan. Siswa dalam menempuh pendidikan masih dalam proses perkembangan menjadi yang lebih baik dan optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Untuk mencapai perkembangan yang optimal di bidang pendidikan itu maka dibutuhkan sebuah bimbingan.
Pendidikan yang hanya melaksanakan  bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan  atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.
Ada tiga bidang dalam pendidikan antara lain
·         Bidang administrasi dan kepemimpinan
Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas,  pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), dan evaluasi program.
·         Bidang intruksional dan kurikuler
Merupakan bidang pengajaran untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yaitu guru.

·         Bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan Konseling)
Yaitu proses pemberian bantuan kepada individu untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tahap perkembangannya.

Jadi dalam proses kegiatan pendidikan, peran serta guru BK sangatlah berperan penting. Bimbingan dan konseling dapat memberikan pelayanan terhadap siswanya untuk berkembang secara optimal sehingga dapat efektif dalam proses pembelajaran. Bisa dibayangkan jika sebuah sekolah tidak mengadakan pelayanan bimbingan dan konseling nantinya proses pembelajaran dan pendidikan akan kacau, karena pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan.

3.  Pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa
Pemberian pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa jelas ada pengaruhnya. Karena tujuan adanya pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa untuk lebih berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pelayanan BK tidak hanya dilakukan untuk siswa atau peserta didik yang bermasalah saja, namun juga untuk siswa yang tidak mempunyai masalah juga harus diberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Untuk siswa yang bermasalah nantinya seorang konselor diharapkan mampu menangani siswa tersebut asalkan masalah tersebut masih di bidang pelayanan bimbingan dan konseling, misalnya siswa yang mengalami broken home di keluarganya dan itu sangatlah mengganggu proses pembelajaran di sekolah sehingga siswa tersebut tidak bisa fokus dalam belajar dan nantinya siswa tersebut juga tidak bisa berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya siswa tersebut, dalam kasus ini nantinya seorang konselor harus memberikan solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Dan nantinya siswa/konseli diharapkan dapat memecahkan masalah itu sendiri setelah diberi solusi atau nasehat dari seorang konselor. Namun konselor tidak boleh memecahkan masalah siswa tersebut dalam kegiatan konseling konselor hanya sebagai fasilitator.
Setelah permasalahan itu terpecahkan nantinya siswa tersebut diharapkan dapat mengeikuti proses kegiatan belajar secara optimal dan efektif. Sehingga siswa tersebut dapat merasakan manfaat setelah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling. Diharapkan siswa yang sebelumnya bermasalah tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya sesuai dengan yang diinginkannya.
Pelayanan bimbingan konseling tidak hanya untuk siswa yang bermasalah saja namun siswa yang tidak mempunyai masalah pun juga membutuhkan pelayanan itu. Misalnya seorang siswa mendapat peringkat satu di kelas lalu dia meminta saran atau solusi dari guru bimbingan dan konseling untuk bisa tetap mempertahankan nilainya. Sehingga siswa tersebut tetap termotivasi untuk belajar mempertahankan peringkat pertamanya di kelas. Selain itu pelayanan bimbingan konseling juga bisa memberikan motivasi, wawasan tentang perguruan tinggi dan wawasan-wawasan yang lain. Sehingga pengaruh adanya pelayanan bimbingan dan konseling disekolah sangatlah besar, penting dan bagus untuk siswanya. Untuk membantu siswanya mengatasi masalahnya dan mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tahap perkembangannya.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments2